Senin, 27 Juli 2009

kimia minyak atsiri 'Melati'

Minyak bunga melati mempunyai prospek yang cerah.
Baik melati putih maupun melati gambir dapat menghasilkan
minyak dengan wangi yang khas dan telah populer di bursa
produk wewangian. Harganya pun cukup mencengangkan,
sekitar US$ 5.000 per liter.
Di Indonesia terdapat dua jenis bunga melati
yang sejak lama dibudidayakan oleh masyarakat.
Pertama, melati putih (Jasminum sambac),
banyak ditanam di daerah pantai dan dataran rendah
panas dan kering, dengan bunga berwarna putih
dan harum. Melati jenis ini digunakan untuk bunga tabur,
bunga rampai, rangkaian bunga untuk pesta perkawinan, dan
khusus untuk daerah Jawa Tengah juga digunakan dalam
pembuatan teh wangi melati (Jasmine tea).
Sejak tahun 1990-an, bunga melati putih segar
produksi Tegal, Jawa Tengah, telah diekspor ke Singapura
untuk memenuhi permintaan bunga sesaji/keperluan keagamaan.
Kedua, melati gambir (Jasminum officinale), saat ini banyak
ditanam di daerah Purbalingga dan Batang di Jawa Tengah
untuk memenuhi kebutuhan pabrik teh. Dalam pembuatan
teh wangi, dua macam bunga melati tersebut dicampur
pada perbandingan tertentu dengan daun teh untuk mendapatkan
wangi yang spesial.
Saat ini, daerah pertanaman melati yang cukup luas adalah
di Jawa Tengah. Areal tanaman melati putih sekitar 317 ha
dan melati gambir 390 ha, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa
Barat masing-masing 45 ha dan 17 ha, seperti dikemukakan
Sutater dan Effendie dalam laporan survai tahun 1994.
Potensi melati untuk usaha agribisnis cukup besar,
memiliki rata-rata produksi per hektar per hari sekitar
16,2 kg dengan kisaran 5-20 kg. Fluktuasi produksi bunga
agak besar karena sangat dipengaruhi oleh curah hujan.
Di sentra produksi pada musim panen besar (musim hujan),
sering kali bunga melati tidak terserap oleh pabrik teh
sehingga harga bunga turun.
Di sisi lain, saat ini kebutuhan minyak bunga alami
termasuk melati untuk keperluan industri kosmetik,
farmasi, minyak wangi, sabun, industri jamu, dan
terapi aroma masih belum dapat dipenuhi produksi
dalam negeri sehingga harus diimpor. Khusus untuk
keperluan terapi aroma sebagai bagian dari perawatan
kebugaran, minyak melati mempunyai peran yang sangat
penting. Menurut Herbal Encyclopedia, aroma melati
mampu menimbulkan efek relaksasi, menghilangkan
ketegangan pikiran/depresi, dan memberi kesan
tenang (calm). Karena khasiat itulah, barangkali
nenek moyang kita menggunakan melati sebagai bunga
pengantin. Apakah tidak mungkin dua sisi potensi dan
peluang ini dipertemukan?
Jika bunga diproses menjadi minyak melati, untuk
menghasilkannya diperlukan bahan baku dan teknologi
yang tepat. Dari sisi bahan baku yaitu bunga melati,
seperti bunga-bunga penghasil minyak wangi alami
lainnya, hasil minyak bunga melati tergolong rendah.
Di India, ekstraksi melati gambir menghasilkan
oncrete 0,28%, yang jika diproses lanjut akan
memperoleh absolut atau minyak kurang lebih 50
persennya. Namun, hasil ini masih lebih tinggi
dibanding ekstraksi bunga sedap malam yang hanya
menghasilkan minyak 0,068-0,105%.

Teknologi
Teknologi untuk menghasilkan minyak bunga melati
telah diteliti oleh Balai Penelitian Tanaman Hias
yang kemudian dilanjutkan oleh Balai Penelitian
Pascapanen Pertanian. Dua teknik produksi minyak
bunga melati telah dicoba, yaitu ekstraksi menggunakan
pelarut menguap dan enfleurasi atau enfleurage.
Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kelemahan.
Enfleurasi merupakan suatu teknik menghasilkan minyak
bunga dengan cara menangkap minyak bunga yang menguap
dari kuntum bunga yang merekah menggunakan campuran
lemak. Selanjutnya, minyak bunga dipisahkan dari
campuran lemak dengan melarutkannya dalam alkohol
dilanjutkan dengan penguapan alkohol hingga diperoleh
minyak bunga alami. Keunggulan cara ini adalah mampu
menghasilkan minyak bunga dengan jumlah dan mutu yang
tinggi, karena selama proses tidak banyak bersentuhan
dengan panas sehingga kehilangan dan kerusakan zat
wangi sangat rendah. Kelemahannya, teknik ini menyisakan
limbah lemak yang perlu dicarikan cara pemanfaatannya, dan
perlu tenaga terampil untuk pekerjaan defleurasi atau
mengangkat kuntum-kuntum bunga layu dari lapisan campuran
lemak setelah proses penyerapan/penangkapan minyak.
Cara lainnya yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut
menguap, yang mempunyai keuntungan mudah dikembangkan
untuk industri dan pelarut dapat diperoleh kembali dari
rangkaian proses. Kelemahannya, selama proses ekstraksi
harus mampu mengendalikan suhu agar tidak lebih dari 55oC,
kalau bisa sekitar 45oC, karena suhu yang lebih tinggi akan
merusak komponen zat wangi. Namun, secara teknis kelemahan
ini mudah diatasi, yaitu pada saat penguapan pelarut
diberikan kondisi vakum tertentu untuk menurunkan suhu.
Karena mudah rusak oleh temperatur tinggi itu pula minyak
bunga melati kurang baik mutunya jika dihasilkan melalui
penyulingan dengan air/uap panas.
Proses Menghasilkan Minyak Bunga Melalui Ekstraksi
dengan Pelarut Menguap
Untuk mendapatkan minyak bunga melati diperlukan
rangkaian proses, seperti perendaman sambil diaduk untuk
memberi kesempatan kontak antara pelarut dan bahan, penguapan,
dan destilasi. Untuk mendukung proses tersebut diperlukan
beberapa peralatan yaitu leaching apparatus, evaporator,
destiller, dan evaporator vakum berputar.
Leaching apparatus berupa tangki tertutup sebagai
wadah perendaman bunga, yang dilengkapi pengaduk,
lubang pemasukan bahan dan lubang pengeluaran cairan/ampas.
Bunga melati dimasukkan ke dalam tangki, ditambahkan heksan,
kemudian ditutup dan pengaduk dijalankan pada kecepatan 20
putaran per menit. Daya muat alat ini sekitar 3 kg bunga
yang memerlukan 6,4 liter heksan. Setelah 20 menit, cairan
yang sudah mengandung wangi melati dikeluarkan, ampas
dipisahkan, kemudian cairan dimasukkan ke dalam evaporator.
Tahapan berikutnya yaitu penguapan heksan pada suhu
dibawah 55oC, dilanjutkan dengan pengembunan untuk
mendapatkan kembali heksan cair sekitar 75%. Sisa cairan
heksan 25% diuapkan lebih lanjut dengan menggunakan
evaporator vakum berputar sampai diperoleh pasta pekat,
berwarna coklat kemerahan, agak lengket karena masih
mengandung lilin, dengan bau wangi melati yang kuat.
Pasta ini disebut concrete. Meskipun masih merupakan
produk antara, concrete sudah dapat diperdagangkan dan
mempunyai keuntungan zat wanginya tidak mudah menguap
karena masih terikat dengan komponen lilin. Untuk menjadi
minyak melati yang dapat digunakan sebagai bahan minyak
wangi atau kosmetik, dilakukan proses lanjutannya.
Proses berikutnya yaitu memisahkan komponen minyak melati
dari lilin, pigmen, dan protein yang terkandung dalam
concrete sehingga diperoleh minyak yang harum seperti
bunga aslinya atau dikenal dengan absolut melati.
Cara pengambilan minyak melati dari concrete adalah
dengan melarutkannya ke dalam alkohol, kemudian dilakukan
pemisahan melalui pendinginan dan penyaringan. Proses ini
dikerjakan berulang kali hingga diperoleh cairan jernih
tanpa lilin. Tahap akhir adalah penguapan alkohol menggunakan
evaporator vakum berputar untuk memperoleh absolut. Absolut
berwarna kuning kecoklatan, jernih dengan bau melati sangat kuat.

Prospek Pengembangan
Menilik potensi dan peluangnya, pengolahan bunga melati menjadi
minyak merupakan peluang pengembangan produk baru hasil industri
berbasis bunga, sekaligus sebagai diversifikasi manfaat melati.
Pengembangan produk ini akan membuka lapangan kerja tambahan bagi
pelaku pascapanen melati yang saat ini hanya sebatas melakukan
panen dan mengangkutnya ke pabrik teh. Pada gilirannya, bila ada
investor, usaha ini akan menambah pendapatan daerah setempat.
Untuk mencapainya, kajian teknologi dan kelayakan finansialnya
perlu dilakukan pada skala yang lebih besar dengan melibatkan
petani, mitra swasta, dan pemerintah daerah/Dinas di wilayah
penghasil melati terutama Jawa Tengah. Namun, karena proses
pengolahan melati belum dikenal masyarakat, diperlukan beberapa
tahapan kajian yang ditangani oleh tim lintas disiplin dan institusi.
Selain untuk melati, teknologi yang sama dapat diterapkan pada
jenis bunga harum lainnya, seperti sedap malam dan mawar,
sehingga tidak tergantung pada satu jenis bahan baku
(Sulusi Prabawati, Suyanti dan Astu Unadi).



Label:

Minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau "essential oil", dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri parfum, kosmetik, "essence", industri farmasi dan "flavoring agent". Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan yang berasal dari jenis hewan tertentu. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman.

Berikut adalah daftar minyak atsiri yang berkembang di Indonesia :

No. Nama Minyak Nama Dagang nama Tanaman Kegunaan Kondisi
1. Adas Fennel Oil Foenicullum vulgare

Flavor, Rempah, Sabun, Krim, Parfum, Pengobatan, Kosmetik

Potensi dikembangkan
2. Akar wangi Vetiver Oil Vetiveria zizanoides Parfum, Sabun, Kosmetik, Sebagai Fiksatif Sudah Berkembang
3. Bangle Bangle Oil Zingiber cassummunar Farmasi Potensi dikembangkan
4. Cendana Sandalwood Oil Santalum album Antibakteri, Antiseptik, Desinfektan, Ekspektoran, Sedatif, Stimulan, dan Refrigeran. Sudah Berkembang
5. Cengkeh Clove Oil Syzygium aromaticum

Flavor, Antibiotik

Sudah Berkembang

6. Gaharu Agarwood Oil Aquilaria sp. Parfum, Kosmetika, dan Obat-obatan Sedang Berkembang
7. Gandapura Wintergreen Oil Gaultheria fragrantissima Parfum, Obat-obatan, Flavor Potensi Dikembangkan
8. Jahe Ginger Oil Zingiber officinale Pengobatan tradisional, Penyedap Makanan (Flavor) Sedang Dikembangkan
9. Jeringau Calamus Oil Acarus calamus Farmasi Potensi dikembangkan
10. Jeruk Limau - - - -
11. Jeruk Purut Lime Oil Citrus hystrix Makanan, Parfum Potensi dikembangkan
12. Kapolaga Cardamon Oil Elletaria cardamomum Farmasi Potensi dikembangkan
13. Kayu Manis Cinnamon Bark Oil Cinnamomum casea Penyedap Rasa, Flavor Potensi dikembangkan
14. Kayu Putih Cajuput Oil Melaleuca leucadendron Obat Gosok, Farmasi Sudah Berkembang
15. Kemangi Basil Oil Ocimum grattisimum Farmasi, Makanan, Pestisida Nabati Potensi dikembangkan
16. Kemukus Cubeb Oil Piper cubeba L. Flavor Saus, Minuman Beralkohol, Fragrance pada Sabun, Detergen, Krim, Parfum, Obat Radang, Bronchitis, Asma, dll. Sedang Berkembang
17. Kenanga Cananga Oil Canangium odoratum

Aromaterapi, Parfum, Kosmetik

Sudah Berkembang
18. Ketumbar Coriander OIl Coriandrum sativum Makanan, Farmasi Potensi dikembangkan
19. Klausena Clausena/Anis Oil Clausena anisata Farmasi, Minuman, Parfum, Rokok, Permen Karet, Pasta Gigi Sedang Berkembang
20. Kunyit Curcuma Oil Curcuma domestica Flavour, Farmasi Potensi dikembangkan
21. Lada Black Pepper Oil Piper nigrum Flavor pada produk Makanan & Minuman, Antimikroba Sudah Berkembang
22. Lawang - Lawang Obat gosok, minyak angin Potensi dikembangkan
23. Masoi Massoi Oil Criptocaria massoia Flavour Makanan Sedang Berkembang
24. Melati Jasmine Oil Jasminum sambac Parfum, Aromaterapi, Kosmetik Sedang Berkembang
25. Nilam Patchouli Oil Pogostemon cablin Benth Sebagai Fiksatif pada pembuatan parfum Sudah Berkembang
26. Pala Nutmeg Oil Myristica fragrans Houtt Flavor pd Makanan, Rokok Sudah Berkembang
27. Palmarosa Palmarosa Oil Cymbopogon martini Farmasi Potensi dikembangkan
28. Permen Cormint Oil Mentha arvensis Flavor, Parfum, Pasta gigi, Permen Potensi dikembangkan
29. Rosemari Rosemari Oil Rosmarinus officinale Farmasi Potensi dikembangkan
30. Selasih Mekah Basil Oil (Eugenol type) Ocimum grattisimum Farmasi, Makanan Potensi dikembangkan
31. Sereh Dapur Lemongrass Oil Cymbopogon citratus Makanan, Farmasi Sedang Berkembang
32. Sereh Wangi Citronella Oil Cymbopogon nardus Flavor, Parfum, Sabun Sudah Berkembang
33. Sirih - - x x
34. Surawung Pohon Native Myrthle Oil Backousia citriodora Farmasi Potensi dikembangkan
35. Temulawak Curcuma Oil Curcuma xanthorizza Farmasi, Minuman Potensi dikembangkan
36. Terpentin Terpentin Oil Pinus merkusii Kosmetik, Campuran Bahan Pelarut, Minyak Cat, Antiseptik, Kamper, dan Farmasi Sedang Berkembang
37. Ylang-ylang Ylang-ylang Oil Canangium odoratum Bahan dasar parfum Sedang Berkembang

Label: