Kamis, 04 Maret 2010

Crysantenum


Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.

Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.

Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:

a) Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).

b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah
C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid, C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).

c) Krisan produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

Manfaat Tanaman

Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:

a) Bunga pot

Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).

b) Bunga potong

Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.

Sentra Penanaman

Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).

Syarat Tumbuh

Iklim

1) Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.

2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.

3) Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.

4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.

5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.

Media Tanam

1) Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.

2) Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.

Ketinggian Tempat
ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.

Pedoman Budidaya

Pembibitan

1) Persyaratan Bibit
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.

2) Penyiapan Bibit
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.

a) Bibit asal anakan
b) Bibit asal stek pucuk

Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.

c) Penyiapan bibit dengan kultur jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:

1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.

2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.

3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.

Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:

a) Stok tanaman induk

Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk.

Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.

b) Perbanyakan vegetatif tanaman induk.

1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.

2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.

3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.

Penyemaian Bibit

a) Penyemaian di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.

b) Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.

Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.
Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka.

Pemindahan Bibit

Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.

sumber : http://www.docstoc.com/docs/19913335/Budidaya-Tanaman-Krisan

Label:

Selasa, 03 November 2009

rangkaian bunga dasar

1. bentuk T terbalik


2. Tegak Lurus



3. Bentuk S (hogart)


4. bentuk Segitga Siku



5. bentuk segitiga sama kaki



6. bentuk oval


7. bentuk L


8. bentuk kurva


9. bentuk kipas


10. bentuk diagonal


11. bentuk bulat


12. bentuk bulan sabit


13. bentuk A simetris





seni merangkai bunga dan bentuk rangkaiannya


Ikebana adalah seni merangkai bunga yang memanfaatkan berbagai jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Ikebana berasal dari Jepang tapi telah meluas ke seluruh dunia. Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan istilah kadō (華道 ?, ka, bunga; do, jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga.

Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang masing-masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentu mengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkan aliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga dimensi sebagai benda dua dimensi saja.

Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai dari Barat (flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.

Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat yang bersifat dekoratif, Ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme dan warna. Ikebana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili langit, bumi, dan manusia.

Ada 9 Macam Rangkaian Bunga Dasar :
1. Rangkaian Oval/Horizontal
Rata Kanan2. Rangkaian Bulat
3. Rangkaian L
4. Rangkaian T Terbalik
5. Rangkaian Diagonal
6. Rangkaian Kipas/Fan Shape
7. Rangkaian Crescent/Bulan Sabit
8. Rangkaian Hogart
9. Rangkaian Vertikal

Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun bunga adalah:
• Susunan bunga atau bentuk rangkaian
• Perbandingan antara tempat bunga dan susunan bunga
• Kesesuaian antara tempat bunga dan bunganya
• Keseimbangan susunan bunga
• Kombinasi warna
• Kesesuaian antara bentuk bunga dan bentuk daun
• Kesesuaian warna bunga dengan warna daun



Label:

Senin, 27 Juli 2009

kimia minyak atsiri 'Melati'

Minyak bunga melati mempunyai prospek yang cerah.
Baik melati putih maupun melati gambir dapat menghasilkan
minyak dengan wangi yang khas dan telah populer di bursa
produk wewangian. Harganya pun cukup mencengangkan,
sekitar US$ 5.000 per liter.
Di Indonesia terdapat dua jenis bunga melati
yang sejak lama dibudidayakan oleh masyarakat.
Pertama, melati putih (Jasminum sambac),
banyak ditanam di daerah pantai dan dataran rendah
panas dan kering, dengan bunga berwarna putih
dan harum. Melati jenis ini digunakan untuk bunga tabur,
bunga rampai, rangkaian bunga untuk pesta perkawinan, dan
khusus untuk daerah Jawa Tengah juga digunakan dalam
pembuatan teh wangi melati (Jasmine tea).
Sejak tahun 1990-an, bunga melati putih segar
produksi Tegal, Jawa Tengah, telah diekspor ke Singapura
untuk memenuhi permintaan bunga sesaji/keperluan keagamaan.
Kedua, melati gambir (Jasminum officinale), saat ini banyak
ditanam di daerah Purbalingga dan Batang di Jawa Tengah
untuk memenuhi kebutuhan pabrik teh. Dalam pembuatan
teh wangi, dua macam bunga melati tersebut dicampur
pada perbandingan tertentu dengan daun teh untuk mendapatkan
wangi yang spesial.
Saat ini, daerah pertanaman melati yang cukup luas adalah
di Jawa Tengah. Areal tanaman melati putih sekitar 317 ha
dan melati gambir 390 ha, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa
Barat masing-masing 45 ha dan 17 ha, seperti dikemukakan
Sutater dan Effendie dalam laporan survai tahun 1994.
Potensi melati untuk usaha agribisnis cukup besar,
memiliki rata-rata produksi per hektar per hari sekitar
16,2 kg dengan kisaran 5-20 kg. Fluktuasi produksi bunga
agak besar karena sangat dipengaruhi oleh curah hujan.
Di sentra produksi pada musim panen besar (musim hujan),
sering kali bunga melati tidak terserap oleh pabrik teh
sehingga harga bunga turun.
Di sisi lain, saat ini kebutuhan minyak bunga alami
termasuk melati untuk keperluan industri kosmetik,
farmasi, minyak wangi, sabun, industri jamu, dan
terapi aroma masih belum dapat dipenuhi produksi
dalam negeri sehingga harus diimpor. Khusus untuk
keperluan terapi aroma sebagai bagian dari perawatan
kebugaran, minyak melati mempunyai peran yang sangat
penting. Menurut Herbal Encyclopedia, aroma melati
mampu menimbulkan efek relaksasi, menghilangkan
ketegangan pikiran/depresi, dan memberi kesan
tenang (calm). Karena khasiat itulah, barangkali
nenek moyang kita menggunakan melati sebagai bunga
pengantin. Apakah tidak mungkin dua sisi potensi dan
peluang ini dipertemukan?
Jika bunga diproses menjadi minyak melati, untuk
menghasilkannya diperlukan bahan baku dan teknologi
yang tepat. Dari sisi bahan baku yaitu bunga melati,
seperti bunga-bunga penghasil minyak wangi alami
lainnya, hasil minyak bunga melati tergolong rendah.
Di India, ekstraksi melati gambir menghasilkan
oncrete 0,28%, yang jika diproses lanjut akan
memperoleh absolut atau minyak kurang lebih 50
persennya. Namun, hasil ini masih lebih tinggi
dibanding ekstraksi bunga sedap malam yang hanya
menghasilkan minyak 0,068-0,105%.

Teknologi
Teknologi untuk menghasilkan minyak bunga melati
telah diteliti oleh Balai Penelitian Tanaman Hias
yang kemudian dilanjutkan oleh Balai Penelitian
Pascapanen Pertanian. Dua teknik produksi minyak
bunga melati telah dicoba, yaitu ekstraksi menggunakan
pelarut menguap dan enfleurasi atau enfleurage.
Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kelemahan.
Enfleurasi merupakan suatu teknik menghasilkan minyak
bunga dengan cara menangkap minyak bunga yang menguap
dari kuntum bunga yang merekah menggunakan campuran
lemak. Selanjutnya, minyak bunga dipisahkan dari
campuran lemak dengan melarutkannya dalam alkohol
dilanjutkan dengan penguapan alkohol hingga diperoleh
minyak bunga alami. Keunggulan cara ini adalah mampu
menghasilkan minyak bunga dengan jumlah dan mutu yang
tinggi, karena selama proses tidak banyak bersentuhan
dengan panas sehingga kehilangan dan kerusakan zat
wangi sangat rendah. Kelemahannya, teknik ini menyisakan
limbah lemak yang perlu dicarikan cara pemanfaatannya, dan
perlu tenaga terampil untuk pekerjaan defleurasi atau
mengangkat kuntum-kuntum bunga layu dari lapisan campuran
lemak setelah proses penyerapan/penangkapan minyak.
Cara lainnya yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut
menguap, yang mempunyai keuntungan mudah dikembangkan
untuk industri dan pelarut dapat diperoleh kembali dari
rangkaian proses. Kelemahannya, selama proses ekstraksi
harus mampu mengendalikan suhu agar tidak lebih dari 55oC,
kalau bisa sekitar 45oC, karena suhu yang lebih tinggi akan
merusak komponen zat wangi. Namun, secara teknis kelemahan
ini mudah diatasi, yaitu pada saat penguapan pelarut
diberikan kondisi vakum tertentu untuk menurunkan suhu.
Karena mudah rusak oleh temperatur tinggi itu pula minyak
bunga melati kurang baik mutunya jika dihasilkan melalui
penyulingan dengan air/uap panas.
Proses Menghasilkan Minyak Bunga Melalui Ekstraksi
dengan Pelarut Menguap
Untuk mendapatkan minyak bunga melati diperlukan
rangkaian proses, seperti perendaman sambil diaduk untuk
memberi kesempatan kontak antara pelarut dan bahan, penguapan,
dan destilasi. Untuk mendukung proses tersebut diperlukan
beberapa peralatan yaitu leaching apparatus, evaporator,
destiller, dan evaporator vakum berputar.
Leaching apparatus berupa tangki tertutup sebagai
wadah perendaman bunga, yang dilengkapi pengaduk,
lubang pemasukan bahan dan lubang pengeluaran cairan/ampas.
Bunga melati dimasukkan ke dalam tangki, ditambahkan heksan,
kemudian ditutup dan pengaduk dijalankan pada kecepatan 20
putaran per menit. Daya muat alat ini sekitar 3 kg bunga
yang memerlukan 6,4 liter heksan. Setelah 20 menit, cairan
yang sudah mengandung wangi melati dikeluarkan, ampas
dipisahkan, kemudian cairan dimasukkan ke dalam evaporator.
Tahapan berikutnya yaitu penguapan heksan pada suhu
dibawah 55oC, dilanjutkan dengan pengembunan untuk
mendapatkan kembali heksan cair sekitar 75%. Sisa cairan
heksan 25% diuapkan lebih lanjut dengan menggunakan
evaporator vakum berputar sampai diperoleh pasta pekat,
berwarna coklat kemerahan, agak lengket karena masih
mengandung lilin, dengan bau wangi melati yang kuat.
Pasta ini disebut concrete. Meskipun masih merupakan
produk antara, concrete sudah dapat diperdagangkan dan
mempunyai keuntungan zat wanginya tidak mudah menguap
karena masih terikat dengan komponen lilin. Untuk menjadi
minyak melati yang dapat digunakan sebagai bahan minyak
wangi atau kosmetik, dilakukan proses lanjutannya.
Proses berikutnya yaitu memisahkan komponen minyak melati
dari lilin, pigmen, dan protein yang terkandung dalam
concrete sehingga diperoleh minyak yang harum seperti
bunga aslinya atau dikenal dengan absolut melati.
Cara pengambilan minyak melati dari concrete adalah
dengan melarutkannya ke dalam alkohol, kemudian dilakukan
pemisahan melalui pendinginan dan penyaringan. Proses ini
dikerjakan berulang kali hingga diperoleh cairan jernih
tanpa lilin. Tahap akhir adalah penguapan alkohol menggunakan
evaporator vakum berputar untuk memperoleh absolut. Absolut
berwarna kuning kecoklatan, jernih dengan bau melati sangat kuat.

Prospek Pengembangan
Menilik potensi dan peluangnya, pengolahan bunga melati menjadi
minyak merupakan peluang pengembangan produk baru hasil industri
berbasis bunga, sekaligus sebagai diversifikasi manfaat melati.
Pengembangan produk ini akan membuka lapangan kerja tambahan bagi
pelaku pascapanen melati yang saat ini hanya sebatas melakukan
panen dan mengangkutnya ke pabrik teh. Pada gilirannya, bila ada
investor, usaha ini akan menambah pendapatan daerah setempat.
Untuk mencapainya, kajian teknologi dan kelayakan finansialnya
perlu dilakukan pada skala yang lebih besar dengan melibatkan
petani, mitra swasta, dan pemerintah daerah/Dinas di wilayah
penghasil melati terutama Jawa Tengah. Namun, karena proses
pengolahan melati belum dikenal masyarakat, diperlukan beberapa
tahapan kajian yang ditangani oleh tim lintas disiplin dan institusi.
Selain untuk melati, teknologi yang sama dapat diterapkan pada
jenis bunga harum lainnya, seperti sedap malam dan mawar,
sehingga tidak tergantung pada satu jenis bahan baku
(Sulusi Prabawati, Suyanti dan Astu Unadi).



Label:

Minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau "essential oil", dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri parfum, kosmetik, "essence", industri farmasi dan "flavoring agent". Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan yang berasal dari jenis hewan tertentu. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman.

Berikut adalah daftar minyak atsiri yang berkembang di Indonesia :

No. Nama Minyak Nama Dagang nama Tanaman Kegunaan Kondisi
1. Adas Fennel Oil Foenicullum vulgare

Flavor, Rempah, Sabun, Krim, Parfum, Pengobatan, Kosmetik

Potensi dikembangkan
2. Akar wangi Vetiver Oil Vetiveria zizanoides Parfum, Sabun, Kosmetik, Sebagai Fiksatif Sudah Berkembang
3. Bangle Bangle Oil Zingiber cassummunar Farmasi Potensi dikembangkan
4. Cendana Sandalwood Oil Santalum album Antibakteri, Antiseptik, Desinfektan, Ekspektoran, Sedatif, Stimulan, dan Refrigeran. Sudah Berkembang
5. Cengkeh Clove Oil Syzygium aromaticum

Flavor, Antibiotik

Sudah Berkembang

6. Gaharu Agarwood Oil Aquilaria sp. Parfum, Kosmetika, dan Obat-obatan Sedang Berkembang
7. Gandapura Wintergreen Oil Gaultheria fragrantissima Parfum, Obat-obatan, Flavor Potensi Dikembangkan
8. Jahe Ginger Oil Zingiber officinale Pengobatan tradisional, Penyedap Makanan (Flavor) Sedang Dikembangkan
9. Jeringau Calamus Oil Acarus calamus Farmasi Potensi dikembangkan
10. Jeruk Limau - - - -
11. Jeruk Purut Lime Oil Citrus hystrix Makanan, Parfum Potensi dikembangkan
12. Kapolaga Cardamon Oil Elletaria cardamomum Farmasi Potensi dikembangkan
13. Kayu Manis Cinnamon Bark Oil Cinnamomum casea Penyedap Rasa, Flavor Potensi dikembangkan
14. Kayu Putih Cajuput Oil Melaleuca leucadendron Obat Gosok, Farmasi Sudah Berkembang
15. Kemangi Basil Oil Ocimum grattisimum Farmasi, Makanan, Pestisida Nabati Potensi dikembangkan
16. Kemukus Cubeb Oil Piper cubeba L. Flavor Saus, Minuman Beralkohol, Fragrance pada Sabun, Detergen, Krim, Parfum, Obat Radang, Bronchitis, Asma, dll. Sedang Berkembang
17. Kenanga Cananga Oil Canangium odoratum

Aromaterapi, Parfum, Kosmetik

Sudah Berkembang
18. Ketumbar Coriander OIl Coriandrum sativum Makanan, Farmasi Potensi dikembangkan
19. Klausena Clausena/Anis Oil Clausena anisata Farmasi, Minuman, Parfum, Rokok, Permen Karet, Pasta Gigi Sedang Berkembang
20. Kunyit Curcuma Oil Curcuma domestica Flavour, Farmasi Potensi dikembangkan
21. Lada Black Pepper Oil Piper nigrum Flavor pada produk Makanan & Minuman, Antimikroba Sudah Berkembang
22. Lawang - Lawang Obat gosok, minyak angin Potensi dikembangkan
23. Masoi Massoi Oil Criptocaria massoia Flavour Makanan Sedang Berkembang
24. Melati Jasmine Oil Jasminum sambac Parfum, Aromaterapi, Kosmetik Sedang Berkembang
25. Nilam Patchouli Oil Pogostemon cablin Benth Sebagai Fiksatif pada pembuatan parfum Sudah Berkembang
26. Pala Nutmeg Oil Myristica fragrans Houtt Flavor pd Makanan, Rokok Sudah Berkembang
27. Palmarosa Palmarosa Oil Cymbopogon martini Farmasi Potensi dikembangkan
28. Permen Cormint Oil Mentha arvensis Flavor, Parfum, Pasta gigi, Permen Potensi dikembangkan
29. Rosemari Rosemari Oil Rosmarinus officinale Farmasi Potensi dikembangkan
30. Selasih Mekah Basil Oil (Eugenol type) Ocimum grattisimum Farmasi, Makanan Potensi dikembangkan
31. Sereh Dapur Lemongrass Oil Cymbopogon citratus Makanan, Farmasi Sedang Berkembang
32. Sereh Wangi Citronella Oil Cymbopogon nardus Flavor, Parfum, Sabun Sudah Berkembang
33. Sirih - - x x
34. Surawung Pohon Native Myrthle Oil Backousia citriodora Farmasi Potensi dikembangkan
35. Temulawak Curcuma Oil Curcuma xanthorizza Farmasi, Minuman Potensi dikembangkan
36. Terpentin Terpentin Oil Pinus merkusii Kosmetik, Campuran Bahan Pelarut, Minyak Cat, Antiseptik, Kamper, dan Farmasi Sedang Berkembang
37. Ylang-ylang Ylang-ylang Oil Canangium odoratum Bahan dasar parfum Sedang Berkembang

Label:

Selasa, 24 Maret 2009

Sukulen


Sukulen adalah tanaman yang habitat aslinya adalah daerah kering dan tidak bisa tumbuh besar. Dia mampu menyimpan cadangan air dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga daunnya cukup tebaldan kaku, dan juga mempunyai bunga yang rata-rata berwarna cerah.

Contohnya dari tanaman jenis sukulen adalah haworthia, cactus, nolinna, dan masih banyak lagi.

Untuk lebih detailnya lagi, silahkan kunjungi di www.succulent-plant.com

variegata


Variegata terjadi karena faktor genetis suatu tanaman. Kelainan warna muncul karena jaringanepidermal meristem tidak mampu memproduksi kloroplas. Itu bagian sel daun yang mengandungpigmen hijau. Akibatnya daun yang tersusun dari jaringan itu tak lagi berwarna hijau, tapi putih atau kuning.

Berdasarkan pola kelainan warna, variegata dapat dibagi menjadi 15 tipe: splashed, mottled,dusted, striped, streaked, margined, broadly margined, thinly margined, centered, broadlycentered, blotched, banded, reticulated, tipped, dan albino. Yang disebut pertama, warna putih atau kuning muncul di daun seperti bentuk percikan air. Mottled, burik; dusted, seperti debu; striped, belang vertikal; dan streaked, seperti lapisan-lapisan tipis.

Margined, broadly margined, dan thinly margined, variegata muncul di tepi daun. Sementara centered dan broadly centered, di tengah daun. Blotched, polanya seperti jerawat di daun; banded, belang horizontal seperti pita; dan reticulated, polanya acak di semua bagian daun. Tipped, variegata hanya muncul di ujung daun; sedangkan albino, di semua daun. Akibat kelainan warna itu, tanaman jadi tampil beda.

Umumnya pertumbuhan tanaman variegata sangat lambat. Jumlah kloroplas berkurang sehingga penyerapan cahaya matahari tidak optimal. Akibatnya kerja mengubah karbondioksida menjadi gula sebagai sumber energi kimia dan makanan bagi pertumbuhan tanaman terhambat.

Tanaman variegata pun lebih lemah dibandingkan yang normal, sehingga kebanyakan tak mampu bertahan hidup di alam.

Untuk mempertahankan sifat variegata, perbanyakan tanaman hanya dilakukan dengan metode vegetatif, seperti setek batang dan cangkok. Bila diperbayak secara generatif atau dari biji, belum tentu variegata muncul. Dari satu juta tanaman paling hanya muncul satu yang variegata.